25 September 2007

Takut/emoh ditugaskan di “Luar Jawa”

Kerapkali saya mendengar perkataan seperti itu(takut/emoh ditugaskan di luar Jawa) dari teman-teman, atau orang yang tidak saya kenal, yang secara tidak sengaja tertangkap oleh kuping saya. Perkataan tersebut biasanya terlontar dari oknum aparat pemerintah dari berbagai departemen. Sedih, miris, dan kemudian membuat saya meringis mendengar perkataan tersebut, kenapa?, ya, tidak lain dan tidak bukan karena menurut saya, Indonesia itu amat dan sangatlah luas, tersebar dari sabang sampai kepulauan merauke, Indonesia itu bukan Pulau Jawa sahaja. Memang, biasanya ‘luar Jawa’ identik dengan ketertinggalan, minimnya sarana infrastruktur, jauh dari teknologi, masih ‘liar’, dan apalah lagi macamnya yang ngga’ enak, semuanya bisa disebutkan. Lebih lagi, konon kabarnya gaji di luar jawa lebih kecil. Mungkin itu juga yang melatar belakangi keluar perkataan “takut/emoh ditugaskan diluar Jawa” dari teman-teman aparatur pemerintah, yang notabenenya digaji dari hasil ‘pemerasan’ oleh pemerintah, melalui apa yang dinamakan Pajak terhadap seluruh rakyat Indonesia, dari sabang sampai kepulauan merauke, bukan dari Jawa saja.

Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah di luar pulau Jawa tertinggal dari dari pulau Jawa jika dilihat dari berbagai aspek, hal tersebut merupakan efek dari pembangunan yang terlalu dikonsentrasikan di pulau Jawa yang dilakukan oleh rezim Orde Baru(dan mungkin juga oleh rezim setelahnya). Tetapi apakah alasan itu cukup untuk digunakan sebagai alasan sehingga emoh(seandainya bisa dihindari mending engga’) untuk ditugaskan di luar pulau Jawa. Menurut saya, pekerjaan atau kedudukan sebagai aparat pemerintah isinya adalah pengabdian(selain mencari hidup/makan), dan ditugaskan di seantero jagad Indonesia itu adalah konsekuensi logis dari pilihan pekerjaan/jabatan di pemerintahan, kalau tidak siap dengan konsekuensi itu, ngapain milih jadi pegawai pemerintah, kenapa tidak menjadi wiraswastawan di bidang IT(informasi teknologi) misalnya, kan enak, banyak duit, bisa kerja kapan saja(tidak terikat waktu), bisa punya mobil BMW(kalo sukses), makan di tempat-tempat mewah, dll, dsb.

Luar Jawa-oh luar jawa…, daerah-daerah tersebut sebenarnya lebih membutuhkan saudara-saudara aparat pemerintah yang kompeten, pinter, jujur & kreatif, mengapa ?, ya, karena jika kepingin melihat Indonesia maju dan bisa BERDIRI DENGAN PENUH RASA PERCAYA DIRI SEJAJAR DENGAN BANGSA LAIN, tidak ada pilihan lain, PEMBANGUNAN HARUS MERATA dari sabang sampai kepulauan merauke, dari mbantul(Bantul) sampai ke mbengkulu(Bengkulu). Pembangunan harus merata, juga distribusi orang yang pinter juga harus merata, sehingga SEMUA POTENSI YANG DIMILIKI oleh Indonesia dapat dimaksimalkan dengan cara yang jujur, elegan & terarah penuh strategi. Jangan sampai ‘luar jawa’ dijadikan sebagai tempat pembuangan orang orang yang dianggap kurang kompeten oleh sistem(kadang kala orang yang kompeten juga malah disingkirkan oleh sistem, karena dianggap berbahaya). Justru sebaliknya daerah-daerah yang tertinggal seharusnya diisi oleh orang-rang yang super kreatif, pinter, dan jujur, karena dengan dilakukan hal tersebut maka semua potensi yang ada dapat dimaksimalkan pemanfaatanya.

Ngomong memang gampang, maka dari itu ma’afken cangkem saya ini kalo sudah terlalu jauh celakab-celekob kaya’ orang nglindur. Tapi itulah yang saya pikirkan(sebagai orang yang pernah menghabiskan ¼ masa hidup di luar jawa) dikala mendengar perkataan “emoh/takut ditugaskan di luar Jawa”.

Sebagai penutup dari tulisan ini, semoga tulisan ini dapat menggugah sedikit semangat, kalo boleh saya katakan nasionalisme kita, dan juga agar ‘sadar’ bahwa INDONESIA ITU LUAS. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan si penutur “emoh/takut ditugaskan di luar jawa”, tapi agar si penutur juga tahu bahwa kata-kata itu kurang enak didengar juga ngga’ mutu, dan menurut saya perkatan itu merupakan refleksi dari semangat oportunisme & anti nasionalisme. Mari kita bangun Indonesia bersama. Salut & hormat bagi teman-teman yang berani berjibaku menerima penugasan dimana saja dengan lapang dada di seantero jagad Indonesia. Mari bersama-sama kita singkirkan generasi yang korup nan pengecut, kita isi dengan semangat baru ditengah keterpurukan Indonesia ini dengan penuh keberanian, kejujuran & strategi yang dilandasi pegetahuan.

4 komentar:

Abunadia mengatakan...

Wahh...tulisannya emang pas bangetdengan kondisi kita...(PNS). Masalah sebenarnya bukan di Nasionalisme Pak Ziryan...tapi adanya KKN yang sudah mengakar diurat nadi bangsa ini (dipelopori oleh pemerintah atau swasta? siapa yang duluan dan yang lebih besar perannya, nurut saya masih debatable).
Gambarannya begini Pak. Ada pegawai yang seuur hidup ada di Jawa(JKT) terus...karena KKN, kaya, terhormat, kalau mudk disanjung-sanjung, termasuk oleh orang yang tidak suka KKN ikut menyanjung. Lha...yang jujur, lugu, gak punya (tidak mau menggunakan) channel dalam mutasi pekerjaan, ditekan terus, ditempatkan di daerah terpencil bertahun-tahun.... apa ini tidak menyakitkan...?Jadi...tidak mau ditempatkan di luar jawa bagi saya dibawanya dalam konteks seperti itu! ok...
terus berkarya ya...!

Abunadia mengatakan...

Wahhh..pas banet nich dengan kondisiku....
but, ada sedikit klarifikasi...coba bayangkan: kenapa kita ke luar jawa...? berapa lama disana...? dan masih banyak pertanyaan lainnya? tidak dapat dijawab dengan transparan, kecuali dengan satu istilah:"KKN". Yach...sebagian besar penempatan/mutasi karena ada KKN. KKN sendiri menurutku tidak jelas siapa yang mengenalkannya di Indonesia lebih dulu, siapa pemicunya, siapa yang paling besar peranannnya (Pemerintah atau Swasta).
Yang jelas...kalimat "tidak mau ke luar jawa" harus kita bawa dalam konteks ini. masalah nasionalisme..nurut saya itu urutan yang ke sekian...

Denny Polii mengatakan...

Biksu...keren banget tulisanmu, sangat cocok dibaca oleh org2 yang pikirannya terlalu "picik" dengan alasan yang tidak masuk akal, mengapa sebab pemerintah sudah cukup berusaha utk memikirkan bagaimana NKRI ini bisa berjalan dengan baik tapi karena ada begitu banyak org2 yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri akhirnya membuat bangsa ini "hanya berjalan ditempat" dan membuat daera2h yg ada diluar jawa berusaha utk mandiri dengan berusaha utk meningkatkan SDM tanpa ada interfensi dari org2 pinter yang hanya memikirkan perut aja.

Denny Polii mengatakan...

Biksu...keren banget tulisanmu, sangat cocok dibaca oleh org2 yang pikirannya terlalu "picik" dengan alasan yang tidak masuk akal, mengapa sebab pemerintah sudah cukup berusaha utk memikirkan bagaimana NKRI ini bisa berjalan dengan baik tapi karena ada begitu banyak org2 yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri akhirnya membuat bangsa ini "hanya berjalan ditempat" dan membuat daera2h yg ada diluar jawa berusaha utk mandiri dengan berusaha utk meningkatkan SDM tanpa ada interfensi dari org2 pinter yang hanya memikirkan perut aja.