26 September 2007

SAMPAI KAPANPUN DEMONSTRASI TETAP MENJADI SARANA TERAMPUH UNTUK MENCAPAI TUJUAN

Sejarah panjang sudah mencatat bahwa demonstrasi sudah menjadi sarana yang efektif untuk mencapai tujuan, baik itu tujan sebuah kelompok kecil, organisasi, atau masyarakat luas sekaligus. Masalah efektifitas, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, kita ambil contoh gelombang demonstrasi besar-besaran pada tahun 1966 yang berhasil menumbangkan rezim Soekarno, tahun 1998 tumbang juga rezim Soeharto, kemudian juga peristiwa besar seperti tragedy lapangan Merah Tien-An Men yang terjadi pada 4 Juni 1989 adalah sejarah kelam pemerintahan komunis China setelah Revolusi Kebudayaan yang kemudian menumbangkan rezim Komunis di China dan merupakan awal kebangkitan raksasa Ekonomi yang menakutkan bagi berbagai Negara di dunia, dan baru-baru ini juga di Myanmar demonstrasi juga dilakukan oleh kalangan Biksu dalam rangka menentang Junta Militer Myanmar. Nah para biksu saja yang kegiatan sehari-harinya lebih banyak berkutat dengan urusan yang non-duniawi, masih melakukan demonstrasi untuk memperjuangkan apa yang mereka anggap suatu kebenaran.

Bagaimana dengan kita?, sebagai rakyat, mungkin juga pegawai dari suatu instansi pemerintah, atau karyawan perusahaan gurem, cara apa lagi yang dapat kita tempuh jika aspirasi kita sudah tidak tidak lagi didengar oleh para petinggi dalam berbagai bentuk legitimasi kekuasaan di lembaga2, yang sudah terlanjur kepenak mengangkangi kekuasaan, sudah terlanjur buncit perutnya sehingga malas berfikir untuk kepentingan orang lain, apalagi untuk bergerak dan mengambil tindakan perbaikan. Sebagai rakyat, ketika aspirasi sudah tidak didengar oleh pemerintah, dicuekin pula oleh para wakil rakyat yang ‘impoten’, yang sudah cape-cape kita pilih, kita percayai, tapi ketika mendapatkan posisi mereka malah mangkir…….hmhhhh…dasar sontoloyo. Cara apa kiranya yang dapat kita tempuh untuk menyampaikan aspirasi, mengubah keadaan kearah yang lebih baik?, Cuma satu kata DEMONSTRASI ,ya, demonstrasi yang dilakukan dengan semangat pantang menyerah sebelum tujuan tercapai, masif dan punya tujuan dan dasar yang jelas.

Tetapi sayang, sekarang ini kebanyakan orang sudah tidak menganggap demonstrasi sebagai alat perjuangan yang efektif untuk mencapai tujuan, “……males ah, ngapain cape’-cape’ demo, biar aja orang lain nyang demo, nyang penting kita masih dapat gaji bulanan, nyang penting selingkuhan masih setia, nyang penting cukup buat makan besok, nyang penting kita masih bisa tilep-tilep duit buat sekedar nyicil rumah baru, motor baru…”, haduh……cape’ dey....kalo dengar perkataan seperti itu, perkataan sekaligus pernyataan bahwa: “kami tidak perduli”. Kebanyakan lebih memilih berpangku tangan, tidak melakukan apa-apa, dan menunggu orang lain mau melakukan untuk mereka, kapan?, kapan itu cita-cita & keinginan bisa tercapai kalau hanya menunggu & menunggu, sampai kiamat yang ke-sekian kalinya pun tidak akan tercapai apa yang dicitakan.

Kalau kita hanya diam, mas, mbak, om, tante & mbah, sementara sistem sudah tidak memungkinkan lagi untuk menyalurkan aspirasi kita, kalau sistem sudah ‘mampet’, kalau teling & mata petinggi, baik petinggi Negara, kantor, departemen atau apapun namanya sudah ‘picek & budek’, ngga ada jalan lain lagi mas, mbak, om, tante, & mbah, kita harus melawan, lawan, lawan & lawan sampai tujuan tercapai, tujuan untuk kepentingan & kebaikan bersama tentunya. Diam berarti tertindas, kita diam kita pula yang tergilas. Pada saat sistem sudah mampet, telinga & mata petinggi sudah ‘picek & budek’, kalimat “diam berarti emas” sudah tidak berlaku lagi. Sekali lagi kita harus bangkit & lawan, kepalkan tinju & perkokoh otak, rapatkan barisan & satukan tujuan.

5 komentar:

fajar prihatno S.E.,M.Acc. mengatakan...

Tapi jangan coba-coba sodorkan ide demonstrasi sama ustad Ja'far Umar Thalib...

Abunadia mengatakan...

Terlepas setuju atau tidak setuju tentag demonstrasi, nungkin...demonstrasi merupakan sarana yang ampuh untuk mencapai tujuan. tapi ingat...Tia hanyalah sarama/media/alat saja. so, tergantung siapa yang menggunakannya.(men behind the gun) kalo digunakan untuk kebaikan yaa...jadinya baik. but, kalo digunakan untuk keburukan..yaa hasilnya buruk...gimana? Sering kita lihat rakyat kecil, mahasiswa, dll melakukannya, namun banyak yang tidak tahu, bahwa skenario-skenario besar telah dirancang dengan menunggangi aksi meretia. skenario-skenario yang telah disusun oleh yang punya duit tebal, yang punya jaringan luas, dan yang punya kekuasaan...Meretia, dengan keunggulannnya bisa berfikir 10 langkah ke depan, sedangkan para pendemo yang hanya sendiri/golongan kecil/kelompok kecil, mungkin hanya bisa berfikir 2-3 langkah ke depan...so, kepuasan sendiri, atau keberhasilan bersama yang diperjuangkan...?

Andi Sulistiyo mengatakan...

Kalo saya inget dulu tahun 1998, dibela2in jalan kaki long march ke gedung DPRD untuk kumpul bersama temen2 mahasiswa dari kampus yang lain.... terasa banget "people power" itu. Semangat semakin menggila ketika kita dapat dukungan dari banyak orang dengan tujuan yang sama. Ga peduli capek lagi... So, ane setuju bos kalo demonstrasi adalah sarana ampuh... Tapi, kalo dikaitkan dengan postingan bos Ziryan sebelumnya.... Perlu ga warga negara Indonesia yang di "luar jawa" melakukan demo untuk dapat merasakan pemerataan kue pembangunan, agar anak teman2 kita di sana nantinya dapat merasakan "Dufan" cabang Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Papua? Semoga bisa... & tanpa perpecahan... Amin!!!!!

abiechacha mengatakan...

wah jadi inget yel2: RAKYAT BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN!!! Mungkin ada benarnya demonstrasi dapat menjadi alat yang efektif memperjuangkan tujuan tertentu...tapi sekarang saya AGAK tidak respek dengan demonstrasi-demonstrasi yang ada...kebanyakan merusak...entah itu, gedung2 pemerintahan...rambu2 lalu lintas, apa tidak bisa demo dengan cara yang SANTUN!!?? toh apa2 yang telah mereka rusak akhirnya butuh pembangunan kembali...artinya butuh dana...artinya pemborosan juga...toh kemungkinan masih ada kong kalingkong juga masalah tender,etc...yang rugi kan rakyat lagi...petinggi2 kita yang tetap untung...

abiechacha mengatakan...

wah jadi inget yel: RAKYAT BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN...mungkin ada benarnya demo bisa jadi alat untuk memperjuangkan aspirasi..tapi yang banyak disayangkan...sekarang banyak demo yang merusak,entah fasilitas umum,gedung2 pemerintah,etc...apa tidak bisa demo dilakukan dengan SANTUN...